Minggu, 05 Juni 2011

KEJUJURAN SEBAGAI TINGKAH LAKU TERPUJI


KEJUJURAN SEBAGAI TINGKAH LAKU TERPUJI
Oleh Arum Ningsih


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Banyak keterangan yang mengandung isyarat bahwa siapa yang berusaha untuk jujur dalam perkataan maka akan menjadi karakternya dan barangsiapa sengaja berdusta  dan berusaha untuk dusta maka dusta menjadi karakterya. Dengan latihan dan upaya untuk memperoleh, akan berlanjut sifat-sifat baik dan buruk.
Banyak hadits yang menunjukkan agungnya perkara kejujuran dimana ujung-ujungnya akan membawa orang yang jujur ke jannah serta menunjukan akan besarnya keburukan dusta dimana ujung-ujungnya membawa orang yang dusta ke neraka.salah satu ciri orang yang jujur adalah senantiasa berbuat kebajikan. Diantara kekemanisan yang akan diapat oleh seseorang yang jujur adalah akan mendapat pertolongan Allah.
Lantas seperti apakah pentingnya kejujuran yang menjadi salah satu tingkah laku terpuji? Berikut penjelasan mengenai kejujuran sebagai tingkah laku terpuji yang berdasar pada hadits Rasulullah saw.
1.2 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini yaitu,
1.      mengetahui pentingnya kejujuran.
2.      mengetahui bahwasannya kejujuran itu membawa kebajikan.
3.      menyadari bahwa kejujuran menyebabkan seseorang memperoleh pertolongan Allah.



TINGKAH LAKU TERPUJI


A. Pentingnya Kejujuran (RS: 623)
ؤ عن ا بي ا ما البا هلي رضي الله عنه قال: قال رسؤل الله صلي الله عليهؤسلم : ا نا زعيم ببيت في ربض الجنة لمن ترك المرء ؤان كان محقا في ؤستط الجنة لمن ترك الكذب ؤان كانما زحا ؤ ببيت في اعلي الجنة لمن حسن خلقه (رؤاة ابؤداؤدباسنادصحيح)              

1. Terjemah Hadis:
"Abu Umamah Al-Bakhili ra. berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda, "Saya dapat menjamin suatu rumah di kebun surga untuk orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar .Dan menjamin suatu rumah di pertengahan surga bagi orang yang tidak berdusta meskipun bergurau. Dan menjamin satu rumah di bagian tertinggi dari surga bagi orang yang baik budi pekerlinya. "
(H.R. Abu Dawud dengan sanad yang sahih)

2. Biografi Perawi
Abu Umamah Al-Bakhily, nama lengkapnya adalah Abu Umamah Ash-Shady Al-Bakhily, Ibn Ajalan, Ibn Ribah, Ibn Ma'an Ibn Malik, Ibn Ashar, Ibn Sa'id, Ibn Qais Ailan Ibn Mudhar, Ibn Najar, Ibn Mu'adalah Ibn Adnan. la termasuk salah seorang sahabat yang masyhur.
Ia meriwayatkan hadis dari Rasulullah, SAW. sebanyak 250 hadis. Diriwayatkan oleh Al-Bukharl sebanyak 5 hadis, dan diriwayatkan oleh Muslim sebanyak tiga hadis. Hadis-hadisnya banyak diriwayatkan pengarang Kitab Sunan yang enam.
Dia tinggal di Mesir dan meninggal di sana pada tahun 81 atau 86 H. la termasuk sahabat paling akhir yang meninggal di Syam dan hadis­-hadisnya banyak dikenal orang-orang Syam.
3. Penjelasan Hadis
Hadis ini menerangkan tiga perilaku penting yang mendapatkan jaminan surga dari Rasullullah bagi mereka yang memilikinya. Tentu saja, ketiga perilaku ini harus diiringi berbagai kewajiban lainnya yang telah ditentukan Islam. Ketiga perilaku tersebut adalah:
1.      Orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar
Berdebat atau berbantah-bantahan adalah suatu pernyataan dengan ,maksud untuk menjadikan orang lain memahami suatu pendapat atau mengurangi kewibawaan lawan debat dengan cara mencela ucapannya sekalipun orang yang mendebatnya itu tidak tahu persis permasalahan, karena kebodohannya. Dan yang lebih ditonjolkan dalam berdebat adalah keegoannya sendiri sehingga ia berusaha mengalahkan lawan. debatnya dengan berbagai cara.[1]
Sebenamya, tidak semua bentuk perdebatan dilarang dalam Islam apalagi kalau berdebat dalam mempertahankan aqidah. Hanya saja, perdebatan seringkali membuat orang lupa diri, terutama kalau perdebataninya dilandasi oleh keegoan masin-masing, bukan didasarkan pada keinginan untuk mencari kebenaran.
Tidak sedikit orang yang memiliki ego sangat tinggi clan tidak mau dikalahkan oleh orang lain ketika berdebat walaupun dalam hatinya ia merasa kalah. Tipe orang seperti itu, biasanya selalu berusaha untuk mempertahankan idenya dengan cara apapun. Kalaupun dilayani, yang teriadi- bukan lagi adu mulut melainkan adu fisik. Oleh karena itu, perdebatan hendaknya dihindari karena berbahaya dan dianggap salah satu perbuatan sesat. Rasulullah SAW. Bersabda:
ما ضل قوم بعد أن هداهم الله إلا أوتواالجدل. (رواه الترمذى عن أبى أمامة)
Artinya:
"Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapat petunjuk Allah. kecuali kaum mendatangkan perdebatan.” (H.R. At-Tirmidzi, dari Abu Umamah)

Adapun dalam menghadapi orang yang selalu ingin menang dalam setiap perdebatan, Nabi menganjurkan umatnya untuk meninggalkannya, dan membiarkannya beranggapan bahwa dia menang dalam perdebatan tersebut. Dengan berperilaku seperti itu, bukan berarti kalah dalam perdebatan tersebut, melainkan menang di sisi Allah dan mendapat pahala yang besar, sebagaimana Nabi menyatakan bahwa dijaminkan surga baginya.
Akan tetapi, dalam hal-hal tertentu, seperti ketika berdebat dengan orang-orang kafir tentang aqidah, kita harus mempertahankan pendapat kita dengan menggunakan berbagai cara supaya mereka menyadari bahwa aqidah kita memang benar dan mereka salah. Kalau mereka tidak mengerti juga, serahkanlah kepada Allah agar mereka diberi petunjuk. tetapi harus tetap berusaha untuk tidak mengalah dan menuruti pendapat mereka:

¨bÎ)ur šúüÏÜ»u¤±9$# tbqãmqãs9 #n<Î) óOÎgͬ!$uÏ9÷rr& öNä.qä9Ï»yfãÏ9 ( ÷bÎ)ur öNèdqßJçG÷èsÛr& öNä3¯RÎ) tbqä.ÎŽô³çRmQ 
“Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, Sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.”
(Q.S. Al-An'Am: 121)
Dengan demikian, kapan seseorang harus meninggalkan suatu perdebatan dan kapan dia harus mempertahankannya sangat bergantung pada kondisi. Akan tetapi, hadis di atas menekankan kemaslahatan bagi semuanya. Janganlah karena sama-sama bersikeras mempertahankan pendapat dan masing-masing merasa paling benar sehingga saling menghina dan melecehkan, bahkan tidak menutup kemungkinan berlanjut pada timbulnya keributan atau perkelahian.
Dalam berdebat hendaklah mengetahui dengan jelas motivasi dan atau tujuannya, apakah mencari kebenaran atau hanya mencari pi-cstise somata. Kalau sama-sama mencari kebenaran, diyakini bahwa mereka yang berdebat tidak akan mempertahankan pendapatnya yang salah, dan tidak saling menjatuhkan satu dengan yang lain.namun demikian, meninggalkan perdebatan adalah paling utama dan pelakunya akan diberi pahala oleh Allah SWT. dengan menempatkannya di surga.

2.      Orang yang tidak berdusta meskipun bergurau

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

*A. Rojabi..."aLways come to discussion" *Abu Nurjihad..."saywhat do you think" *Anas Abdul Razak..."Islamic communication and broadcasting is the best" *Arum Ningsih..."Always SPIRIT" *Asep Wildan Setiawan..."don't be lazy"